Pura Besakih

Pura Besakih

Kabupaten Karangasem – Bali – Indonesia
Pura Besakih

Pura Besakih di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem

A. Selayang Pandang

Bali dikenal sebagai ‘pulau seribu pura‘ karena di pulau ini terdapat lebih dari 11.000 bangunan pura. Konon, di beberapa tempat di Bali, jumlah pura bahkan melebihi jumlah rumah-rumah penduduk.

Salah satu pura terbesar yang dianggap sebagai induk pura di Bali (the mother temple) adalah Pura Besakih. Pura Besakih terletak di kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai gunung suci. Pada tanggal 17 Maret 1963 (versi yang lain menyebutkan tanggal 18 Maret)  Gunung Agung pernah meletus dan menewaskan lebih dari 1.000 orang serta merusakkan desa-desa di sekitarnya. Namun yang membuat takjub, Pura Besakih ‘tak tersentuh‘ oleh bencana alam tersebut, padahal jaraknya hanya sekitar 1 km dari puncak Gunung Agung.

Menurut cerita yang berkembang, lokasi pura ini dipilih karena dianggap sebagai daerah yang suci. Dalam bahasa Jawa Kuno, besakih, wasuki, atau basuki memiliki makna “selamat”. Selain itu, nama besakih juga dikaitkan dengan Naga Basuki, yaitu sosok naga yang menjadi bagian dari keyakinan masyarakat di lereng Gunung Agung pada masa pra-Hindu. Oleh karena pura ini dianggap sebagai tempat suci, maka para pengunjung yang ingin memasuki kompleks pura diharuskan memakai sarung khas Bali.

B. Keistimewaan

Pura Besakih merupakan kompleks tempat ibadah umat Hindu yang terdiri dari 22 bangunan pura. Menurut perkiraan para ahli, proses pembangunan Pura Besakih memakan waktu lebih dari 1.000 tahun hingga mencapai bentuknya yang sekarang. Bukti-bukti peninggalan sejarah masa megalitik yang ditemukan di sekitar kompleks pura ini, seperti menhir, tahta batu, dan struktur teras berbentuk piramid menguatkan perkiraan tersebut.

Pura ini dibangun berdasarkan konsep Tri Hita Karana, yaitu konsep keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Penataan bangunan pura disesuaikan dengan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut.

Tiap arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala”. Sebagai pusat (poros/tengah) dari keempat arah mata angin adalah Pura Penataran Agung Besakih, yaitu pura terbesar yang ditujukan untuk memuja Dewa Siwa dengan dikelilingi pura-pura lainnya. Di sebelah timur Pura Penataran Agung terdapat Pura Gelap yang digunakan untuk memuja Dewa Iswara; di sebelah selatan ada Pura Kiduling Kereteg untuk memuja Dewa Brahma; di sisi barat ialah Pura Ulun Kulkul untuk memuja Dewa Mahadewa; serta di sisi utara adalah Pura Batumadeg yang dimaksudkan untuk memuja Dewa Wisnu.

Di kompleks Pura Besakih kerap diadakan berbagai macam ritual agama Hindu yang mencapai puncaknya pada perayaan tiap seratus tahun Pura Besakih yang disebut Ekadasa Rudra (terakhir dilakukan pada tahun 1979). Selain dapat menikmati peninggalan sejarah, arsitektur khas, serta perayaan ritual keagamaan di pura ini, wisatawan juga dapat melengkapi kunjungan wisata dengan mendaki Gunung Agung.

C. Lokasi

Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia.

D. Akses

Untuk menuju Pura Besakih, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara. Alternatif lainnya, wisatawan dapat menempuh perjalanan dari Kota Semarapura (Kabupaten Klungkung) ke Pura Besakih menggunakan angkutan umum (bemo) dengan biaya sekitar Rp 5.000 (April 2008). Sesampainya di Kecamatan Rendang, pengunjung disarankan untuk turun di gerbang masuk pura, bukan di Desa Besakih yang berada sekitar 1 km arah selatan Pura Besakih. Dari pintu gerbang pura, pengunjung dapat berjalan kaki memasuki kompleks Pura Besakih.

E. Harga Tiket

Pengunjung yang ingin memasuki pura dikenai bea masuk sebesar Rp 7.000 per orang. Apabila pengunjung mengendarai mobil pribadi, maka ada biaya tambahan sebesar Rp 3.000 untuk biaya parkir (April 2008).

F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Wisatawan yang memerlukan sarung khas Bali sebagai persyaratan untuk memasuki lokasi pura dapat menyewanya di sekitar lokasi dengan biaya sebesar Rp 3.000—Rp 5.000 per sarung. Jika ingin mengetahui seluk beluk Pura Besakih baik dari segi sejarah maupun arsitekturnya, wisatawan dapat menyewa pemandu dengan biaya sekitar Rp 10.000 (April 2008).

Kompleks Pura Besakih memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk berbagai macam kendaraan. Selain itu, di sekitar tempat parkir terdapat kios-kios yang menjual kerajinan maupun cenderamata lainnya. Apabila membutuhkan penginapan atau rumah makan, di sekitar pura juga terdapat losmen dan berbagai macam warung makan khas Bali.

5 Responses to “Pura Besakih”

  1. Baju Bali Says:

    Betapa Agung dan Indahnya pura Besakih
    I love Baliku

  2. Nyoman Suwardana Says:

    Besakih pura kebanggaan kita semua bahkan dunia telah mengakuinya, hendaknya lah menjaga nama itu denga n membikin tamu itu nyaman untuk berkunjung kesana jangan aji mumpung pikirkan lah hari esok. Nyoman suwardana pramuwisata Hpi bali

  3. Joko Suprayitno Says:

    Pura Besakih memang sangat istimewa. Sangat indah…dan letaknya tepat di kaki gunung agung…Mantabbb…
    Mudah-mudahan bisa lestari sampai anak-cucu kita nantinya…

  4. nanang budi Says:

    Bali memang indah bukan main, Pura Besakih apalagi semakin menawan apalagi sore hari menjelang malam. Tanggal 15 April 2014 kami sekeluarga menyempatkan ke Pura Besakih yg menurut info ada perayaan keagamaan, dan ternyata benar… Indah sekali…
    Tapi dibalik keindahan tersebut ada sedikit yg membuat saya dan keluarga agak kecewa, yaitu masalah biaya yg dipungut dan banyaknya penjual bunga yg arogan. Untuk biaya masuk di TPR (Tempat Penarikan Retribusi) krn saya berempat ditarik Rp. 20ribu termasuk parkir mobil, untuk sewa kain Rp 35ribu/orang (sewa di warung dan di tempat pemandu sama, malah ada yg ditarik Rp.40ribu). Dan yg lebih parah lagi saya dipaksa untuk memakai pemandu wisata yg ada di dekat tempat parkir (gerbang masuk) dg tarip Rp 200ribu. Akhirnya setelah lama saya tawar kena Rp 100rb. Karena bersama anak kecil saya sewa ojek sepeda motor untuk naik ke Pura PP dg biaya Rp 20rb/motor (krn lebih dari 1jam saya keliling Pura) tukang ojek minta tambahan setelah mengantar saya ke tempat parkir mobil. Itulah sedikit pengalaman yg cukup berharga bagi saya. Semoga ini bisa sebagai masukan untuk Pengelola Wisata untuk menertibkannya. Terutama Dinas Pariwisata dan Instansi terkait. Salam

  5. David Says:

    Lebih dekat mana ya? Perjalanan dari kuta ke besakih atau dari tabanan ke besakih? Lebih dekat mana? Perjalanan melalui darat. Terima kasih

Leave a reply to Joko Suprayitno Cancel reply